Jika anda mencari seorang montir, pembalap atau stuntman handal, atau mungkin anda merencanakan sebuah pelarian setelah melakukan kejahatan maka sosok pria satu ini jelas bisa diandalkan, seperti kata bosnya, Shannon (Bryan Cranston), “This kid is special”. Ya, Driver (begitulah ia dipanggil) memang spesial. Laki-laki muda ini adalah tipikal orang yang menjunjung tinggi paham ‘talk less do more’. Ia pendiam, dingin dan tertutup, jarang mau berbicara dengan orang lain jika dirasa tidak perlu, tapi ia akan selalu melakukan setiap tugas yang diberikan dengan baik. Dan suatu saat ia harus terlibat dalam sebuah misi untuk menyelamatkan Standard (Oscar Isaac), suami dari tetangganya, Irene (Carey Mulligan), ibu muda satu anak yang juga disukainya. Sayang misi perampokan rumah gadai itu berakhir buruk, membuat dirinya kemudian terjebak dalam masalah besar.
Kisah tentang seorang supir jagoan yang kemudian terjebak dalam masalah serius karena jatuh hati dengan seorang wanita, ya, klise memang, Dan seperti ulasan di sebuah majalah, dengan premis seperti itu Drive bisa saja menjadi lanjutan dari franchise Transporter atau Fast and Furious, atau yang lebih parah, action kelas B, tapi ketika mendengar bahwa Drive mampu membuat para kritikus di ajang Cannes bisa bersorak kegirangan, anda harusnya sudah mengetahui bahwa ini bukan film aksi sembarangan, tidak percaya? Tunggu saja setelah 10 menit setelah sutradara arthouse asal Denmark, Nicolas Winding Refn memperkenalkan kita kepada Driver yang membawa dua ‘penumpangnya’ melarikan diri, melakukan permainan ‘petak umpet’ dengan aparat berwajib melalui jalan-jalan temaran kota L.A , anda akan menemukan opening credit yang tidak biasa, dihiasi dengan tulisan bewarna merah jambu terang dengan iring-iringan musik europop seperti kebanyakan film-film aksi 80an, dari titik ini Drive ini kembali menegaskan bahwa ia memang bukan film aksi konvensional.
Sebelum Drive, Valhalla Rising adalah satu-satunya film Refn yang pernah saya tonton, film yang bagus, tapi jujur sangat berat untuk dikonsumsi, sebuah arthouse medieval yang rumit, sureal sekaligus indah. Dan beruntung saja Drive tidak berakhir seperti itu. Seperti yang sudah saya katakan di atas, ia memiliki premis yang sebenarnya klise, walaupun pada kenyataannya kisahnya sendiri sudah digubah oleh Hossein Amini dari novel berjudul sama karangan James Sallis, tapi menjadi luar biasa ketika Refn menyugguhkan Drive dengan teknis sinematik tingkat tinggi, mendobrak segala aturan-aturan Hollywood, termasuk memberikannya pengaruh old school yang kental pada setiap framenya, tidak hanya itu Hossein Amini juga cukup cerdas meramu segala keklisean premisnya menjadi sebuah sugguhan aksi drama yang efektif, jadi meskipun walaupun terasa lambat ia tidak pernah mencapai titik membosankan, belum lagi ditambah munculnya sub-plot romansa antara Driver dan Irene yang menjadi pemicu terjadinya konflik utama serta beberapa kejutan menarik dalam perjalannya menuju finish nanti (http://movienthusiast.com).
Quality : BlurayRip
Movie :
Subtitle : Subscene
2 komentar:
gan buatin dong subtitlenya harpot 1-8
min, sudah 12 tahun blog ini terhenti. Ada apa gerangan?
Your comment / Drive (2011)